kata Ibnul Qayyim- ibarat seekor burung, kepalanya adalah cinta, sepasang sayapnya adalah harap dan takut. Untuk bisa terbang, takut dan harap haruslah serasi dan seimbang; sebab lemah harapan melahirkan keputusasaan.
Lemah rasa takut akan memunculkan sikap meremehkan. Jika harapan memacu kecepatan, maka rasa takut adalah pengendali dan pengatur agar kecepatan tetap berada di level aman.
Rasa takut akan menguatkan untuk sabar di atas ketaatan dan menahan nafsu untuk tidak melanggar larangan. “Adapun orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya, dan menahan hawa nafsunya, maka surgalah tempat tinggalnya.” (QS. An-Nazi’at: 40-41)